Mari Kita Sukseskan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional XXVIII tahun 2020 di Padang, Provinsi Sumatera Barat pada 12-21 November 2020 ●
PAHLAWAN
Thursday, 07 November 2019 | 14:01 Administrator

Oleh :Nasuha Abu Bakar,MA
Kata "Pahlawan" karena belum disandarkan pada kata atau lafadz apapun, maka kedudukannya sebagai isim "Nakirah" masih umum. Tetapi, manakala sudah disandarkan kepada kata atau lafadz lain, maka kata "Pahlawan" berubah status dan kedudukan nya menjadi isim "Ma'rifat". Perbedaan yang mendasar antara isim Nakirah dengan isim Ma'rifat di antaranya kalau isim Nakirah masih umum, sedangkan isim Ma'rifat sudah khusus, atau menunjukkan kepada yang sudah tertentu. Contoh seperti kata "Pahlawan" disandarkan kepada kata "Olahraga" maka orang yang dimaksud sebagai "Pahlawan" dalam bidang olahraga tidak dimaksudkan kepada bidang lain. Ada juga "Pahlawan" dalam bidang "Seni atau Kesenian" maka orang tersebut dijuluki sebagai "Pahlawan Seni" atau "Pahlawan Kesenian".
Ada juga seorang sarjana pertanian, dengan segala kemampuan dan keilmuannya dia rela mengorbankan waktu, tenaga dan pemikiran nya didermabaktikan untuk membantu kemajuan di desa, kemudian sarjana pertanian ini berhasil mendorong para petani di desa untuk tetap bertahan menjadi petani, tetapi kemudian mampu merubah pola pikir petani pada umumnya, sehingga produksi panen padinya bisa mencapai keuntungan tiga kali lipat sebelum mendapatkan teori berinovasi sebagai petani desa. Kesungguhan dan kesuksesan nya akan membawa nya kepada prestasi yang unggul. Maka sarjana ini akan memperoleh gelar "Pahlawan Pertanian" bisa juga digelari sebagai "Pahlawan Pangan".
Sahabat sahabat sejatiku, dalam suasana negara aman, tentram dan mampu berdiri sendiri dalam mengatur tata kelola pemerintahan peluang untuk menempa diri sebagai "Pahlawan" tidak lagi bersandar pada pembebasan negara dari cengkeraman penjajahan seperti di tahun tahun sebelum 1945. Para "Pahlawan" berkorban harta, tenaga, fikiran, bahkan nyawa dan darah sekalipun mereka begitu tulus, ikhlas dan ridho demi melepaskan derita bangsa dan seluruh anak bangsa dari keberingasan dan sadisnya para penjajah.
Di era merdeka pun negara masih tetap menanti muncul dan hadirnya para "Pahlawan". Tentu saja "Pahlawan" sesuai dengan yang butuhkan saat sekarang ini, misalnya *Pahlawan Pendidikan", "Pahlawan Bahari", "Pahlawan dan Pahlawan" apa saja. Apapun yang membawa harum nama bangsa, sering digelari sebagai "Pahlawan Bangsa"
Dalam kajian keagamaan, anak anak penghafal kitab suci Alquran sebanyak 114 surat dengan 30 juz, bukan saja puluhan tetapi ratusan bahkan kalau skalanya nasional bisa dipastikan mencapai ribuan penghafal Alquran. Sudah banyak anak anak penghafal Alquran yang telah mengharumkan nama negara ini, bukan saja harum dalam pandangan negara negara Islam, akan tetapi perlu dicatat dan patut diingat bahwa tanah Nusantara ini tercatat disisi Allah sebagai negara yang dititipkan keberkahan nya melalui lisan lisan mulia para hafidz dan hafidzah alqur'an.
Jujur kata pak ustadz Dzul Birri, kadang saya suka kecewa karena anak anak para penghafal Alquran itu merupakan "Pahlawan Dunia Akhirat" dan juga sebagai "Pahlawan Keselamatan dan Keberkahan Negara" sering kurang mendapatkan apresiasi yang layak dan patut. Seharus negara memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada mereka sebagaimana negara sering memberikan penghargaan kepada pahlawan olah raga. Bukankah mereka sama sama mengharumkan nama bangsa dan negara Indonesia. Semoga ada perubahan ke arah positif dan mulia. Menghargai dan memuliakan penghafal Alquran sama dengan memuliakan alqur'an, dan bangsa yang memuliakan alqur'an otomatis memuliakan Allah sebagai sumber utama dari kitab suci Alquran.
Wallaahu 'alamu bish shawaab wa ilaihil musta'aan (Sabiluna,rabu 6 November 2019 jam 18.20)